Blog ini merupakan salah satu blog yang dibuat untuk membantu kawan-kawan dalam memudahkan mencari referensi kuliah khususnya dalam lingkup mata kuliah sastra. Postingan yang terdapat dalam blog ini merupakan tugas mata kuliah penulis sejak menjejakkan kaki di bangku kuliah yakni di Universitas Hasanuddin Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia. Referensi yang digunakan oleh penulis adalah dari berbagai buku, jurnal, dan juga arti "Semoga isi blog ini dapat membantu kawan-kawan." :)
Kamis, 24 Januari 2013
Sejarah Pengkajian Bahasa Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik
Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia (id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia:2011). Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari
sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia
berstatus sebagai bahasa kerja.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah
salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu (id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia:2011). Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam
perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja
di lingkungan administrasi elative dan berbagai proses pembakuan sejak awal
abad ke-20. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak dicanangkannya Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan “elativesm bahasa” apabila
nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa
Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung
Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang
terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan
dari bahasa daerah dan bahasa
asing.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga
Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan
penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748
bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia
kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan
dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa
Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra,
perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum pelatih lainnya,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga
Indonesia.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia
telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah pemakainya,
maupun dari segi tata bahasa dan kosakata serta maknanya. Sekarang bahasa
Indonesia telah menjadi bahasa modern yang digunakan dan dipelajari tidak hanya
di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara. Bahkan keberhasilan
Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat
sebagi prestasi dari segi penngkatan komunitas antarwarga negara Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah hasil pertumbuhan dan perkembangan
bahasa melayu. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu,
perlu kita mengetahui sedikit tentang sejarah bahasa melayu tersebut. S. Takdir
Alisjahbana menguraikan bahwa negeri kita yang terdiri atas beribu-ribu pulau
ini, telah selayaknya mempunyai jumlah bahasa dan dialek yang sangat banyak.
Namun bahasa dan dialek yang jumlahnya banyak itu sebagian besar termasuk
dalam satu rumpun bahasa-bahasa melayu, sedangkan sebagian lagi termasuk dalam
rumpun yang lebih besar, yaitu rumpun bahasa-bahasa Austronesia atau bahasa
melayu Polinesia.
Bahasa-bahasa dan dialek-dialek yang jumlahnya besar itu
meskipun dari satu rumpun, akan tetapi karena perkembangannya yang
berbeda-beda, terjadilah perbedaan-perbedaan pula antara bahasa-bahasa itu.
Bangsa-bangsa yang mendiami beribu-ribu pulau serta memiliki beratus-ratus
bahasa dan dialek memerlukan perhubungan antara sesamanya untuk keperluan
perdagangan, diplomasi, pengajaran agama, dan lain-lain.
Mereka sangat memerlukan bahasa umum yang dapat dipahami
bersama. Dalam hal ini S. Takdir Alisjahbana menerangkan bahwa bahasa yang
menjadi perhubungan umum atau “lingua franca” di negeri kita pada waktu itu,
adalah bahasa melayu. Bahasa melayu telah menjadi bahasa umum di Asia
Tenggara berabad-abad lainnya, meskipun bahasa itu bukan bahasa yang terbesar
di kepulauan kita. Kedudukan bahasa melayu yang istimewa ini disebabkan karena
: (a) letak geografis yang istimewa, (b) menjadi bahasa perhubungan bagi
seluruh kekuasaan politik kerajaan Sriwijaya, Aceh, dan Malaka. Dengan demikian
bahasa melayu sebagai lingua franca telah memenuhi fungsinya sebagai bahasa
dalam perdagangan, bahasa dalam politik, dan lain-lain. Fungsi bahasa melayu
seperti itu berlangsung sampai akhir zaman penjajahan Belanda dan pejanjahan
Jepang.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bahasa melayu telah menjadi
bahasa umum di negeri kita. Gubernur Jenderal Ruchusson turut mengakuinya. Oleh
karena itu, ia mengusulkan agar bahasa melayu dijadikan bahasa pengantar di
sekolah-sekolah, sebab bahasa melayu merupakan lingua franca di seluruh
kepulauan dan dipakai oleh bangsa yang berbeda-beda seperti : bangsa Arab,
Cina, Jawa, dan lain-lain. Sewajarnyalah bahwa pada akhirnya bahasa melayu itu
terangkat kedudukannya menjadi bahasa nasional.
1.2
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui sejarah mengenai pekembangan Bahasa Indonesia.
2.
Untuk mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan Bahasa Indonesia.
3.
Untuk dapat mengetahui faktor penyebab bahasa melayu diangkat
sebagai Bahasa Indonesia.
4.
Untuk dapat mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
1.3
Manfaat Penulisan
1. Menumbuhkan
kebanggaan terhadap mahasiswa sebagai bangsa Indonesia yang memiliki bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
2. Kita
dapat menghargai sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
3. Dapat
meningkatkan kesadaran akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan sebagai bahasa negara, dan fungsi bahasa Indonesia sebaai lingua franca yang berpotensi untuk mempersatukan seluruh bangsa yang
berbeda latar budaya bahassa dan budaya.
4. Senantiasa
berkepribadian, berperilaku, dan berbudi bahasa khas Indonesia.
5. mengembangkan
kepribadian melalui pemahaman perkembangan bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
2.1.1
Sumber Bahasa Indonesia
Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia
tidak lepas dari Bahasa Melayu. Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah
bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa
Sunda-Sulawesi (www.bukittingginews.com: 2011)
Dimana
Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara (lingua
franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di Kepulauan
Nusantara, tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini
diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-prasasti kuno dari kerjaan di indonesia
yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasa saat itu Bahasa Melayu
telah Berfungsi Sebagai :
1. Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa
buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan satra
2. Bahasa Perhubungan (Lingua Franca)
antar suku di Indonesia
3. Bahasa Perdagangan baik bagi suku
yang ada di indonesia mapupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
4. Bahasa resmi kerajaan.
Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui
memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuno yang ditemukan di Sumatera
bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan bahasa Melayu yang
bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan
penggunaan bahasa ini diketahui cukup luas, karena ditemukan pula
dokumen-dokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa[10] dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra,
istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca masuk pada periode
hingga abad ke-15 Masehi.
Pada
abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu Klasik (classical
Malay atau medieval Malay). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan Melaka, yang perkembangannya kelak disebut
sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan
keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, menyebutkan adanya bahasa yang
dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari
Nusantara yang menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam
ragam sejarah ini adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran
agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti
masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti
anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini.
Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Kedatangan
pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris meningkatkan
informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa Melayu. Bahasa
Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela.
Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang administrasi,
kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi hingga
awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel
adalah pinjaman dari bahasa ini.
Bahasa
yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh penutur bahasa
Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah penjajahan
Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya berkaitan
dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu,
loteng, teko, tauke, dan cukong.
Jan Huyghen van
Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel
Wallace
pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai
bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan
bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa
perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur
dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi
proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara,
misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang
dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa
Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah
dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa
Melayu (sejak akhir abad ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa
Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Terobosan
penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis
kamus ekabahasa untuk bahasa Melayu.
Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah bahasa yang full-fledged,
sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa itu, karena memiliki
kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.
Hingga
akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa
Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan
tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi
memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus
sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata pinjaman
Pemerintah
kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa
bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai
pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah.
Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki
kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam
standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah
dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan
ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai
terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada
awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai
terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah
Melayu
(kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan
Wilkinson.
Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab
Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Intervensi
pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur
("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini
menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di
bawah pimpinan D.A.
Rinkes,
melancarkan program Taman
Poestaka
dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi
dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat,
dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan. Bahasa Indonesia
secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan
ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin
mengatakan,
"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di
Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan
menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau
bahasa persatuan."
Selanjutnya
perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir
Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi
dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.
2.1.2 Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial
Meskipun
bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada masa kejayaan
kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Sementara itu,
bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan pada
tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk penulisan batu
prasasti, di antaranya sebagai berikut.
1) Prasasti yang ditemukan di Kedukan
Bukit berangka tahun 683 Masehi.
2) Prasasti yang ditemukan di Talang
Tuwo (dekat Palembang) berangka tahun 686 Masehi.
3) Prasasti yang ditemukan di Kota
Kapur (Bangka Barat) berangka tahun 686 Masehi.
4) Prasasti yang ditemukan di Karang
Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi) berangka tahun 686 Masehi.
5) Prasasti dengan nama Inskripsi
Gandasuli yang ditemukan di daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi.
6) Pada tahun 1356 ditemukan lagi
sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk prosa diselingi puisi (?).
7)
Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan
yang berisi suatu model syair tertua (www.slideshare.net: 2011).
2.1.3 Perkembangan Bahasa
Indonesia di Masa Kolonial
Pada
abad XVI, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara mereka sudah mendapati
bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan
perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang
disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping itu, pengakuan orang
Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara
terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda
mengeluarkan surat keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa
pengajaran di sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau
tidak dipakai bahasa Melayu (www.slideshare.net: 2011).
2.1.4
Perkembangan Bahasa Indonesia di
Masa Pergerakan
Setelah
Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan dengan mulus.
Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa Indonesia itu sebagai
kerikil tajam. Oleh karena itu, dimunculkanlah seorang ahli pendidik Belanda
bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan politik bahasa kolonialnya. Isi politik
bahasa kolonial Niewenhuis itu lebih kurang sebagai berikut: Pengaruh politik
bahasa yang dicetuskan Niewenhuis itu tentu saja menghambat perkembangan bahasa
Indonesia. Banyak pemuda pelajar berlomba-lomba mempelajari bahasa Belanda,
bahkan ada yang meminta pengesahan agar diakui sebagai orang Belanda (seperti
yang dilukiskan Abdul Muis dalam roman Salah Asuhan pada tokoh Hanafi).
Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon, bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci semua yang
berbau Belanda; sementara itu orang-orang bumiputera belum bisa berbahasa
Jepang. Oleh karena itu, digunakanlah bahasa Indonesia untuk memperlancar
tugas-tugas administrasi dan membantu tentara Dai Nippon melawan tentara
Belanda dan sekutu-sekutunya (www.slideshare.net: 2011).
2.2 Peristiwa-peristiwa penting yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
2.2.1 Tahun 1908 pemerintah kolonial
mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan
novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah
Asuhan,
buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak
sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
2.2.2
Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan
bahasa Indonesia.
2.2.3 Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi
Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesia.
2.2.4
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
2.2.5 Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana
menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
2.2.6
Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa
Indonesia
I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat
disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah
dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
2.2.7 Tanggal 18 Agustus 1945
ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
negara.
2.2.8 Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan
penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van
Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
2.2.9 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November
1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan
tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang
diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
2.2.10
Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia,
meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui
pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972.
2.2.11 Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh
wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
2.2.12 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November
1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang
diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain
memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
2.2.13 Tanggal 21-26 November 1983
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam
putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus
lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
2.2.14 Tanggal 28 Oktober s.d 3 November
1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini
dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia
dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
2.2.15 Tanggal 28 Oktober s.d 2 November
1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya
sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara
meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang,
Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga
Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
2.2.16 Tanggal 26-30 Oktober 1998
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa (www.slideshare.net :2011).
2.3 Peresmian Nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia secara resmi
diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928
(www.bukittingginews.com: 2011). Pada
saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam
rapat, para pemuda berikrar:
1. Kami
putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia.
2. Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3. Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar
para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan
pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada taggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang – Undang dasar
1945 di sahkan sebagai Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di
dalam UUD 1945 disebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia”
(Bab XV, Pasal 36)
Prolamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengkukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara ( ninityulianita.wordpress.com/.../sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia:2011/ ).Kini
bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Penggunaan
bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin,
seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres
Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada masa
depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua
bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan
Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan
menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa
Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini
juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia (www.bukittingginews.com : 2011).
2.4
Faktor Penyebab Bahasa Melayu Diangkat Menjadi Bahasa
Indonesia
Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat
menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana,
mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa
(bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku
yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional
4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan
untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas (
www.masbied.com: 2011).
2.5
Kedudukan, Fungsi dan Peranan Bahasa Indonesia
2.5.1
Kedudukan Bahasa Indoensia
Bahasa
Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting yaitu :
1. Sebagai Bahasa Nasional
Seperti
yang tercantum dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini
berarti bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional yang kedudukannya
berada diatas bahasa-bahasa daerah .
2.
Sebagai Bahasa Negara
Tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XV Pasal 36) mengenasi kedudukan bahasa
Indonesia yang menyatakan bahawa bahasa negara ialah bahasa Indonesia (www. bukittingginews.com : 2011).
2.5.2
Fungsi Bahasa Indonesia
Bagi bangsa Indonesia, bahasa
Indonesia tidak hanya sekedar alat komunikasi. Tetapi bahasa Indonesia juga
merupakan kekayaan nasional yang sangat berharga.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional,
bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1. Lambang kebangsaan
2. Lambang identitas nasional
3. Alat penghubung antarwarga,
antardaerah dan antarbudaya
4. Alat yang memungkinkan penyatuan
berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang
berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai :
1. Bahasa resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar di dalam dunia
pendidikan
3. Alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
4.
Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
(www.bukittingginews.com:2011).
Ada beberapa istilah yang
biasa digunakan untuk bahasa Indonesia, yakni:
1.
Bahasa Resmi
2.
Bahasa Negara
3.
Bahasa Persatuan
4.
Bahasa Kesatuan
5.
Bahasa Nasional
1.
Bahasa Resmi
ialah bahasa yang telah disahkan/disresmikan pemakaiannya melalui
Undang-Undang atau peraturan Pemerintah, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Bab
XV, pasal 36. Resmi sah
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, bahasa resmi adalah sebuah system linguistic yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat dan sebagainya.
Untuk bahasa resmi dipersidangan yang digunakan : contoh dalam siding Internasional di PBB yaitu bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Cina, bahasa Arab dan ditambah bahasa Indonesia.
Untuk dalam konteks social di Indonesia, bahasa Negara dapat diindentikan dengan bahasa resmi, yaitu bahasa Nasional Indonesia
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, bahasa resmi adalah sebuah system linguistic yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat dan sebagainya.
Untuk bahasa resmi dipersidangan yang digunakan : contoh dalam siding Internasional di PBB yaitu bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Cina, bahasa Arab dan ditambah bahasa Indonesia.
Untuk dalam konteks social di Indonesia, bahasa Negara dapat diindentikan dengan bahasa resmi, yaitu bahasa Nasional Indonesia
2.
Bahasa Negara
adalah sebuah bahasa yang secara resmi dalam Undang-Undang Dasar sebuah
Negara ditetapkan sebagai alat komuikasi resmi Kenegaraan, artinya, segala
urusan kenegaraan, administrasi kenegaran, dan kegiatan-kegiatan kenegaran
dijalankan dengan menggunakan bahasaitu.
Contoh:
-Bahasa Indonesia pada mulanya bahasa Melayu
-Bahasa philipino pada mulanya bahasa Tagalog dan bahasa Inggris diangkat menjadi bahasa Negara, karena bahasa Inggris memamng dipakai secara merata sebagai lingua franca di seluruh wilayah Filipina
Contoh:
-Bahasa Indonesia pada mulanya bahasa Melayu
-Bahasa philipino pada mulanya bahasa Tagalog dan bahasa Inggris diangkat menjadi bahasa Negara, karena bahasa Inggris memamng dipakai secara merata sebagai lingua franca di seluruh wilayah Filipina
3.
.Bahasa Persatuan
ialah bahasa yang berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di
Indonesia. Bahasa persatuan ialah bahasa yang digunakan sebagai alat pemersatu
berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang social, dan bahasanya.
4.
Bahasa Kesatuan
adalah bahasa yang telah menjadi satu dari berbagai bahasa daerah di
Indonesia dapat diikat oleh bahasa Indonesia Pengertian kesatuan dan persatuan
untuk bahasa Indonesia hampir tidak ada bedanya. Tapi jika istilah ini kita
tinjau dari segi tatanegara, jauh sekali bedanya. Misalnya Negara kesatuan
adalah Negara unifikasi, seperti Republik Indonesia, sedangkan Negara persatuan
adalah Negara federal seperti Indonesia pada masa R.I.S (Republik Indonesia
Serikat) atau seperti Negara Amerika Serikat sekarang.
5.
Bahasa Nasional
ialah bahasa kebangsaan (bahasa yang muncul dari bangsa itu sendiri,
nasional dari kata nation ‘bangsa’), yang digunakan sebagai bahasa perhubungan
resmi berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social budaya
dan bahasanya dalam suatu bangsa.
Dari
uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa Nasional, bahasa Negara, bahasa
resmi, bahasa Kesatuan dan bahasa Persatuan Indonesia mengacu pada satu system
linguistik yang sama yaitu bahasa Indonesia, sedangkan di Filipina, di india,
dan Singapura tidak (www.cafestudi061.wordpress.com:
2011)
2.5.3
Peranan Bahasa Indonesia
Peranan bahasa bagi bangsa
Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar,
seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan otak .
Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran
dan penalaran, sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat
penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasa nilai – nilai dalam
masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Didalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang
penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan
bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya (www.ninityulianita.wordpress.com:
2011).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Sumber dari bahasa indonesia adalah
bahasa melayu
2. Bahasa Indonesia secara sosiologis
resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun
secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945.
3. Bahasa Melayu di angkat menjadi
bahasa indonesia karena bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan
(lingua franca) di nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana dan mudah
dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
4. Bahasa indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
5. Peranan
bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk
berpikir dan bernalar, dan juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang
kebudayaan.
6. Bahasa Nasional, bahasa
Negara, bahasa resmi, bahasa Kesatuan dan bahasa Persatuan Indonesia mengacu
pada satu system linguistik yang sama yaitu bahasa Indonesia, sedangkan di
Filipina, di india, dan Singapura tidak.
3.2 Saran
Sebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya
adalah bahasa melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai
nilai-nilai sejarah tersebut dengan tetap menghormati bahasa melayu.
Kita perlu disadarkan
akan kenyataan ini dan ditimbulkan kebanggaannya terhadap bahasa nasional kita
dan juga kita berhak ditingkatkan kesadarannya
akan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara, dan fungsi bahasa Indonesia sebaai lingua
franca yang berpotensi untuk
mempersatukan seluruh bangsa yang berbeda latar budaya bahasa dan budaya.
Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia senantiasa
berkepribadian, berperilaku, dan berbudi bahasa khas Indonesia.
Bangsa Indonesia
patut bersyukur karena memiliki bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia.
India, Filipina, bahkan Cina
sekalipun sampai hari ini masih berdebat soal bahasa kebangsaan yang akan
mereka pakai (www.anneahira.com: 2011).
Disamping itu juga, alangkah baiknya
apabila kita menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar. Mahasiswa
yang berkepribadian yang baik adalah mahasiswa yang menghargai sejarah
perkembangan bahasa Indonesia.
.
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia. Didownload pada tanggal 15 Februari 2011
bukittingginews. 2009.
Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. www.bukittingginews.com. Didownload pada tanggal 15
Februari 2011
yulianita, ninit. 2010. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. www.ninityulianita.wordpress.com
. Di download pada tanggal 15 Februari
share, slide. 2009. Sejarah Bahasa Indonesia. www.slideshare.net. Didownload pada tanggal
15 Februari
Anneahira.
2010. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. www.anneahira.com. Diownload
pada tanggal 15 Februari
Masbied.2010.Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia. www.masbied.com. Didownoad pada tanggal 15 Februari 2011
Studi061, cafe. 2009. Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia. www.cafestudi061.wordpress.com. Didownoad pada tanggal
15 Februari 2011
Langganan:
Postingan (Atom)